http://pakarjudionline.com poker online uang asli agen asli bigpoker88

Wednesday, May 23, 2018

Sinopsis Film Kenapa Harus Bule, Premis Menarik Dengan Ending Kurang Apik


Film Kenapa Harus Bule bercerita tentang Pipin ( Putri Ayudya ) selalu menginginkan jodoh bule tapi di Jakarta dia tidak sukses mendapatkannya. Temannya Arik ( Michael Kho ) menyuruhnya pindah ke Bali agar mudah mendapatkan bule. Benar saja disana ada Gianfranco ( Cornelio Sunny ), bule Italia yang tergila - edan kepada Pipin, dan juga pengusaha bernama Ben ( Natalius Chendana ) yang jatuh conta kepada Pipin. Tapi hidup Bali tidak mudah, tabungan menipis, tidak adanya pekerjaan tetap membuat Pipin mulai kebingungan dengan cita-citanya mendapatkan jodoh bule.

Seorang Nia Dinata duduk di kursi produser menjadi alasan aku memilih nonton dan mengulas Film Kenapa Harus Bule ini. Kecuali juga alasan tema yang hendak diangkat tidaklah lumrah. Demikian juga seorang Djenar Maesa Ayu menjadi cameo membuat tidak cuma penasaran, secara tidak sadar aku memasang ekspektasi yang lumayan tinggi.


Tokoh sentral dalam Film Kenapa Harus Bule, Pipin, mendamba lelaki bule sebagai pasangan hidupnya. Sesudah merasa putus hasrat mencari bule di Jakarta, Pipin dibujuk Arik, sahabat masa kecilnya, untuk pindah ke Bali, dimana akan lebih mudah mencari pasangan bule. Arik hakekatnya berharap menjodohkan Pipin dengan Buyung, sahabat kecil mereka, yang berubah secara fisik. Buyung menyamar menjadi Ben, seorang blasteran. Di saat beriringan, Pipin didekati oleh Gianfranco, seorang bule Itali kere yang berlagak kaya sebagai pemilik vila. Tentu Pipin lebih memilih Gianfranco ketimbang Ben, yang walhasil diketahui Pipin bahwa Ben ialah Buyung. Hampir menuju akhir Film Kenapa Harus Bule, Pipin baru sadar bahwa bule yang di dekatnya bahkan seorang oportunis  (karena bule kere ) bahkan patriarkis.

Dialog yang terjadi antara Pipin dan Arik sungguh lugas dan mengalir dalam Film Kenapa Harus Bule. Banyak topik kesetaraan gender yang muncul. Kecuali diselingi guyonan yang dibangun dengan baik. Sempat kelihatan bagaimana selera Pipin dan Arik kepada pasangan bertolak belakang yang membuat kekerabatan mereka sempat renggang. Aku baru menyadari ada kedalaman akal yang berlapis pada sosok Pipin. Maksud aku, Pipin menginginkan seorang lelaki bule karena salah satu alasannya ialah mereka lebih berpikiran terbuka ( open-minded ), tapi Pipin tidak menginginkan adanya seks pra-nikah. Di era milenial ini, pikiran seseorang yang terbuka cenderung menginginkan seks sebelum menikah karena seks ialah salah satu unsur yang memberi pengaruh kebahagiaan sebuah kekerabatan. Apabila unsur seks saja sudah tidak memuaskan, bagaimana seseorang berharap mempertahankan hubungannya di jenjang pernikahan?

Sepintas memang premis seorang Pipin kurang kuat serta kontradiktif. Mengharapkan pasangan bule dengan alasan klise; mapan, untuk membetulkan keturunan, dan berpikiran lebih terbuka, tapi dirinya sendiri ialah seorang wanita yang punya mindset; masa bodoh pokoknya mesti punya cowok bule. Skrip yang kurang matang dan kurangnya pendalaman tokoh-tokoh membuat sebagian scene dengan tokoh yang baru terasa terburu-buru. Ketika adegan pemilik vila, diperankan oleh Djenar Maesa Ayu, dan suaminya (Paul Agusta) yang mendatangi Gianfranco. Seketika itu juga terbuka seluruh rahasia di antara Gianfranco dan majikannya yang sempat membuat penonton kebingungan karena adegan tersebut berlangsung terlalu kencang. Plot twist pada akhir terasa cukup klise. Pipin yang menyadari kesalahannya dan jujur pada diri sendiri mengakuinya segera kepada Ben di saat yang bisa dibilang telat. Jalan cerita kemudian bisa ditebak. Ben mengejar Pipin dan Film Kenapa Harus Bule berakhir bahagia selayaknya hidup di dunia film.

No comments:

Post a Comment

Sinopsis Film Love For Sale, Sebuah Film Epik Drama Komedi Romantis

Film Love For Sale yang menceritakan Richard (Gading Marten) seorang jomblo akut yang telah hidup sendirian dalam waktu yang sungguh-sung...